Rabu, 12 Oktober 2011

Contoh Proposal BAB1, “Hubungan Paritas Dengan Kejadian Kanker Payudara Di RSUD Kota X Tahun 2009-2010”


         BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang masalah
Di dalam tubuh kita terdapat banyak sel yang membentuk jaringan. Sel mempunyai dua tugas utama, yaitu bekerja dan berkembang biak. Sel yang terkena kanker akan berubah sifat, sebagian besar dipakai untuk berkembang biak, bukan untuk bekerja. Oleh karna itu, kanker dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kalau tidak segera diketahui dan tidak dapat dicegah pertumbuhannya, bisa menyebabkan kematian (Purwoastuti, 2008:7).
Saat ini, kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui diantara wanita. Jumlah penderita kanker payudara diseluruh dunia terus mengalami peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara barat, maupun pada insiden rendah seperti dibanyak daerah di Asia. Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada daerah di Amerika Serikat (mencapai di atas 100/100.000; berarti ditemukan lebih 100 penderita / 100.000 orang). Kemudian diikuti dengan beberapa negara di Eropa Barat (tertinggi Swiss, 73,5/100.000). Untuk Asia, masih berkisar antara 10-20/100.000). Yang menarik angka ini akan berubah bila populasi dari daerah dengan insiden rendah melakukan migrasi ke daerah dengan insiden yang lebih tinggi, suatu bukti bahwa faktor lingkungan juga berperan pada proses terjadinya kanker (Purwoastuti,2008:14).

Di negara berkembang setiap tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan. Kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita  usia 50 tahun ke atas. Sedangkan 6%-nya pada usia kurang dari 40 tahun. Tidak heran kanker   ini juga masuk dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan kedalam  International classification of diseases (ICD) dengan kode nomor 17 (Suryaningsih,2009:7)
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007, kejadian kanker payudara di Indonesia sebanyak 8.227 kasus atau 16,85%  dan pada tahun 2008, 12 juta pasien yang baru terdiagnosis Kanker dan lebih dari 7 juta pasien meninggal akibat Kanker. Pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kasus Kanker sebanyak 20 hingga 26 juta pasien dan 13 hingga 17 juta pasien mininggal akibat Kanker. Peningkatan angka kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% / tahun (Damiri, 2007).
Kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Dapat terjadi pada usia kapan saja, biasanya menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun. Kanker sering ditemukan pada stadium lanjut, sehingga proses penyembuhan sulit. Kanker payudara menimbulkan berbagai ketakutan yang berhubungan dengan kehilangan gambaran tubuh, operasi, dan kematian. Yang termasuk faktor resiko kanker payudra yaitu umur, status perkawinan, paritas, berat badan,merokok, konsumsi alkohol, pemakaian hormon, riwayat keluarga, radiasi menyusui, periode menstruasi. Namun penyebab yang pasti kanker payudara belum diketahui dengan jelas. Sejumlah studi yang merperlihatkan bahwa deteksi dini kanker payudara yang diikuti dengan terapi dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan terapi lebih baik pada pasien. Setiap wanita beresiko mengalami kanker payudara.  (Mawardi,2009:23).
Wewenang bidan dalam penatalaksanaan pasien dengan kanker payudara hanya berbatas pada tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dengan KIE pada remaja putri dan wanita usia subur tentang SADARI, informasi tentang faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kanker payudara (Sukaca,2008:54).
Sedangkan di XX khususnya Kota X terlihat pada tahun 2005 terdapat 1.205 kasus kanker payudara dan tahun 2006 terdapat 4.306 kasus kanker payudara. Pada tahun 2007 berjumlah 897 kasus kanker payudara yang terdiri dari kriteria remaja berumur 11 – 24 tahun ada 28 orang, sedangkan pada usia 25 – 44 tahun berjumlah 400 orang dan pada usia 45 tahun ke atas terdpat 451 orang yang menderita kanker payudara. Dari angka kejadian kanker payudara pada tahun 2005 ke 2006 melonjak drastis yaitu bertambah 3.101 kasus, sedangkan pada tahun 2007 penderita kanker payudara mengalami penurunan hampir 4 kali lipatnya atau 3.409 kasus kanker payudara. Walaupun kanker payudara jumlah penderitanya menurun namun usia wanita yang menderita kanker ini semakin muda hal ini dapat dikarenakan banyak faktor yang belum diketahui dengan pasti sebagai penyebab terjadinya kanker payudara ini  (Dinkes ,2007).
Efek dari jumlah paritas terhadap resiko kanker payudara telah lama diteliti. Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita primipara mempunyai resiko 30 % untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang multipara (Imam,2009:57).
Prasurvey yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Kota X pada tanggal 13 Januari 2010 didapat hasil bahwa pasien penderita kanker payudara pada tahun 2009-2010 berjumlah 25 orang, 15 diantaranya adalah primipara atau sebanyak 60 % pasien dengan kanker payudara yang pernah melahirkan 1 kali.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Paritas Dengan Kejadian Kanker Payudara Di RSUD Kota X Tahun 2009-2010”

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan antara Paritas dengan kejadian kanker payudara diRSUD Kota X Tahun 2009-2010? ”

C.     Tujuan penelitian
1.             Tujuan umum
Untuk mengetahui  hubungan Paritas dengan kejadian kanker payudara di RSUD Kota X pada Tahun 2009-2010


2.      Tujuan khusus
a. Mendistribusikan karakteristik responden yang mengeluh ada benjolan di payudaranya di RSUD Kota X Tahun 2009-2010
b. Mengetahui distribusi frekuensi paritas pasien yang mengeluh ada benjolan di payudaranya di RSUD Kota  X Tahun  2009-2010
c. Mengetahui distribusi frekuensi kanker payudara pasien yang mengeluh ada benjolan di payudaranya diRSUD Kota X tahun 2009-2010
d.Menganalisa  hubungan Paritas dengan kejadian kanker payudara di RSUD Kota X Tahun 2009-2010.

D.      Manfaat penelitian                    
  1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan yang terkait dengan angka kejadian kanker untuk melakukan penyuluhan, pencegahan dan penanganan Kanker payudara
  1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan bahan referensi bagi institusi pendidikan tentang kanker payudara dalam melaksanakan pengajaran pada institusi pendidikan.
  1.  Bagi Peneliti Selanjutnya
Data hasil penelitian dapat dijadikan sumber penelitian lain yang terkait



  1.  Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan dan memberikan informasi pada masyarakat mengenai kanker payudara sehingga dapat melakukan deteksi dini secara mandiri dengan melakukan SADARI (periksa payudara sendiri).

Senin, 10 Oktober 2011

GANGGUAN SISTEM KARDOVASKULER


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER


Kasus :
Bapak Tukul usia 50 tahun dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus kronis di rawat di ruang Murai. Saat Pengkajian klien mengalami nyeri terus menerus di daerah dada menjalar ke rahang dan tangan kiri dengan intensitas sedang. Kesadaran klien saat samnolen. Menurut keluarga, nyeri ini timbul saat klien sedang bertengkar dengan anaknya. Tanda-tanda vital klien saat ini ; tekanan darah 90/80mmHg, nadi 85x/menit ( dengan pengisapan kapiler yang lemah ), suhu 36,8 °C dan pernafasan 20x/menit dengan pemeriksaan laboratorium didapatkan Kreatinin Kinase (CK) 80µg/ml. Sebelumnya klien pernah dirawat 6 bulan yang lalu dengan gejala yang sama. Saat ini klien didiagnosa suspek infark miokard.

I.    Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
·        Inspeksi dan palpasi
Area jantung ( prekordial ) diinspeksi dan dipalpasi secara simultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutanatau dorongan.
Cara Kerja inspeksi dan palpasi sebagai berikut :
1.      Bantu pasien membantu posisi terlentang dan perawat pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
2.      Tentukan lokasi sudut louis dengan palpasi,sudut ini terletak di antara manubrium dan badan sternum.sudut ini akan terasa seperti bagian sternum.
3.      Pindah jari-jari ke bawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba ruang interkostal ke-2.area aorta terletak di ruang interkostal ke-2 kana dan area pumonal terletak di ruang interkostal ke-2 kiri
4.      Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi
5.      Dari area pulmonal,pindahkan jari-jari anda kebawah sepanjang tiga ruang interkostal kiri.area ventrikel atau trikuspid terletak diruang interkostal kiri menghadap sternum.amati ada atau tidaknya pulsasi
6.      Dari area trikuspid,pindahkan tangan anda secara lateral 5-7cm ke garis midklavikula kiri tempat ditemukan area apikal atau titik impuls maksimal
7.      Inspeksi dan palpasi pulpasi pada area apikal.sekitar 50% orang dewasa akan memperlihatkan pulsasi apikal.ukuran jantung dapat diketahui dengan mengamati lokasi pusasi apikal.apabila jantung membesar,pulsasi ini bergeser secara lateral ke garis midklavikula.
8.      Untuk mengetahui pulsasi aorta,lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrium di dasar sternum.
     
·        Perkusi
Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter ( landasan ) rapat-rapat pada dinding dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dilakukan dari arah samping ke tengah dada.Batas atas jantung diketahui dengan melakukan perkusi dari atas ke bawah.
Perawat hendaknya mengetahui lokasi redup jantung. Batas kiri umumnya tidak lebih dari4,7, dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostal ke-4,5 dan 8. Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar dengan jari yang stasioner secara paralel pada ruang intercostal sampai suara redup tidak terdengar.

·        Auskultasi
Lima area utama yang digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung adalah katup aorta, pulmonalis, trikuspidalis, apikal dan epigastrium :
Cara kerja aukultasi bunyi jantung :
1.      Kaji ritme dan frekuensi jantung secara umum. Perhatikan dan tentukan area auskultasi
2.      Anjurkan pasien untuk bernapas secara normal kemudian menahan napas saat ekspirasi. Dengarkan S1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama dengan denyut nadi karotis. Perhatikan intensitas, adanya kelainan/ variasi, pengaruh respirasi dan adanya splitting S1.
3.      Konsentrasikan pada sistol, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur S1 pada awal sistol.
4.      Konsentrasikan pada diastol yang merupakan interval yang lebih panjang dari pada sistol, perhatikan secara seksama untuk mengetahui adadanya bunyi tambahan atau murmur.
5.      Anjurkan pasien bernapas secara normal, dengarkan bunyi S2 secara seksama untuk mengetahui apakah ada splitting S2 saat inspirasi.
6.      Anjurkan pasien untuk menghembuskan dan menahan napas, kemudian menghirup/ inhalasi dan menahan napas. Dengarkan bunyi S2 untuk mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal.














FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Informasi umum  

Nama.........................Bapak Tukul  usia...............50 tahun..............
Tanggal lahir...........17 Maret 1958...........Jenis kelamin.......Laki-laki........
Suku Bangsa..............Jawa.............Tanggal masuk........25 Maret 2009......
Waktu............08.15 WIB.................dari...........Pringsewu............................
Sumber informasi.......................Keluarga....................................................

Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Nyeri terus menerus di daerah dada menjalar ke rahang dan tangan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang : Pada waktu itu  pak Tukul sedang bertengkar dengan anaknya karena selisih pendapat, tiba-tiba dia mengalami nyeri dada yang terus menjalar ke rahang dan tangan kiri. Lalu tidak lama kemudian pak Tukul pinsan. Kemudian keluarga membawanya ke rumah sakit, dan kata dokter pak Tukul di diagnosa suspek infark miokard.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Penyakit yang diderita : hipertensi, obesitas yang mengakibatkan diabetes melitus kronis
Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat selama 6 bulan dengan gejala yang sama.

Riwayat Penyakit Keluarga : Adanya riwayat penyakit diabetes melitus ( faktor keturunan )

Riwayat Kebiasaan Dan Psikososial :  Sering marah-marah dan bertengkar
Sirkulasi
Gejala ( Subjektif )
Riwayat tentang : hipertensi, obesitas., diabetes melitus.......ya........masalah jantung.......ya.......
Ekstermitas       : kesemutan.................ya......................kebas..........ya.....................
Perubahan frekuensi / jumlah urine :........buang air kecil lebih sering..........
Tanda ( Objektif )
Tekanan darah :................90/80mmHg........
Tekanan nadi :........85x/ menit..................
Jantung (Palpasi )
Getaran..............cepat...........Dorongan.......... kuat..............
Bunyi jantung    : frekuensi......naik......Irama......tidak teratur.......Kualitas......kuat.....
Friksi gesek :......dicurigai perikarditis...........murmur.........ada ( menunjukkan gagal katup/disfungsi otot papilar.......
Bunyi nafas  : desiran vesikuler...........ya...... Distensi vena jugularis............ya...........
Ekstermitas : suhu.........36,8°C.......warna........pucat..............
Pengisian kapiler...........lemah.......................
Tanda homan’s.........-0-......varises.......sedikit membesar pada vena superfisisal......
Abnormalitas kuku..........menebal, kuning, rapuh...............
Penyebaran/ kualitas rambut............kasar ............................
Warna........pucat........membran mukosa...........sianosis.........Bibir...........sianosis......
Punggung kuku......melengkung baik....Konjungtiva.......putih......Sklera......putih.....








Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala ( Subjektif )
Lokasi.....dada menjalar ke rahang sampai tangan kiri......intensitas ( 1-10 dimana 10 sangat nyeri)...5...frekuensi ........sedang............................
Kualitas....menyempit, berat, tertekan.....penjalaran...sampai ke rahang dan tangan kiri.....
Faktor pencetus.........timbul saat klien sedang bertengkar dengan anaknya..........
Tanda ( Objektif )
Mengerutkan muka........wajah meringis, merintih..................................
Respon emosional.....tegang, mudah tersinggung......penyempitan fokus.....tidak......













RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD

No
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
2
Nyeri dada berhubungan dengan
Iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner yang ditandai dengan keluahan nyeri dada, peruabahan tingkat kesadaran,perubahan nadi dan tekanan darah









































Dengan diberikannya asuhan keperawatan, klien dapat menunjukkan nyeri dada hilang dalam waktu ± 3 hari dengan kriteria :
-TD normal : 120/90mmHg
-   Nyeri dada (-)
-  Takikardi (-)

1. Mengkaji dan mencatat :


a. Keluhan pasien       mengenai nyeri dada, meliputi lokasi, radiasi, durasi, nyeri dan faktor yang mempengaruhinya

    - nyeri dada sampai nyerinya menjalar ketangan. Dengan frekuensinya yaitu 5.





2. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas, dan penyebaran

-   diekspresikan dengan wajah meringis dan mrintih kesakitan.

4. Melakukan pencatatan EKG 12 lead selama nyeri,



5. Memberikan terapi oksigen dengan pemasangan nebulizerm  2 – 4 ltr/mnit.



6. Memberikan  terapi obat
- obat anti fibrotik
- obat anti hipertensi


7. Atur posisi midlin, kepala 30 derajat lebih tinggi dari badan.
1. Data tersebut membantu menentukan penyebab dari efek nyeri dada
a. Terdapat berbagai kondisi yang berhubungan dengan nyeri dad serta temuan klinis yang khas pada nyeri istemik









2. Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang lain




4. Pemeriksaan EKG selama nyeri sangat berguna dalam mendiagnosa luasnya infark miokardium atau adanya episode angina
5. Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen ke jantung bila satu rasi oksigen yang sesungguhnya di bawah normal
6. Terapi obat merupakan pertahanan pertama
- mencegah lisis bekuan
- hipertensi merupakan resti terjadinya infark

7. Istirahat fisik dapat mengurangi konsumsi oksigen jantung dan mengurangi tekanan arteri serebral

Diagnosa Keperawatan
Rencaan Keperawatan

Tujuan
Intervensi
Rasional

1









Curah jantung menurun berhubungan dengan peruabahan frekuensi, irama dan peningkatan tahanan vaskuler sistemik
Dengan diberikannya asuhan keperawatan , klien dapat mencapai curah jantung normal/ mempertahankan stabilitas hemodinamik dalam waktu ± 3 hari dengan kriteria :
- TD normal ( 120/90 mmHg)
- Curah jantung dalam rentang normal
- Disritmia (-)
-Nadi dalam rentang normal (70-75x/ mnt)
1. Mengkaji dan mengukur  TTV,
TD : 90/80 mmHg
Nadi 85 x/menit
Suhu 36,8 C
Pernafasan 25x/menit



 2. Memantau frekuensi jantung dan irama
-   frekuensi naik,iramanya tidak teratur, kualitasnya kuat dan terdapat murmur.





3. Auskultasi bunyi napas
- Bunyi nafas krekels



4. Anjurkan keluarga untuk support paien dalm melakukan aktivitsa sesuai kemampuan


1. Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel dan hipoperfusi miokardia.





2. Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya komplikasi/disritmia yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan kerusakan iskemik.


3. Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokardia

4. Empati yang diberikan akan menambah semangat untuk menghindari frustasi klien










IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. Dx
Tanggal / Jam
Implementasi
Paraf
Evaluasi ( SOAP )
2
26 Maret 2009
PAGI
08.00 WIB







10.30 WIB













SORE
14.00 WIB



15.30 WIB








16.00 WIB


MALAM

21.00 WIB

21.30 WIB




22.00 WIB





05.00 WIB


·        Pemeriksaan nyeri pada dada, meliputi lokasi, radiasi, durasi, nyeri dan faktor yang mempengaruhinya
-         nyeri dada sampai nyerinya menjalar ketangan. Dengan frekuensinya yaitu 5.
·        Memberikan terapi oksigen dengan pemasangan nebulizerm  2 – 4 ltr/mnit


2. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas, dan penyebaran
-   diekspresikan dengan wajah meringis dan merintih kesakitan.

·        Melakukan pencatatan EKG 12 lead selama nyeri,
·        Mengecek terapi oksigen masih baik tidak.

·        Memberikan  terapi obat
- obat anti fibrotik
- obat anti hipertensi
·        Cek TTV :
      pernafasan  : 21 x/
           mnt
        -  TD  : 90/80 mmHg
        -  Nadi ( 83x/mnt

Atur posisi klien semi foller


-         Pertahankan posisi klien semifoller
-         menganjurkan klien istirahat yang cukup dan kurangi aktifitas
-         Pemberian obat deuretik dan antihipertensi
-         Memantau TTV setiap 2 jam.
-         Mendengarkan irama jantung

Pukul : 13.00

S   : - Klien mengatakan
          masih nyeri di dada
        - Klien masih lemah
O   : - pernafasan  : 20 x/
           mnt
        -  TD  : 90/80 mmHg
        -  Takikardi : 83x/mnt

A  :  Nyeri dada belum dapat teratasi

P   : Pemeriksaan EKG
-  Mengontrol nyeri dan selalu melakukan pencatatan EKG 12 led
- Memberikan obat anti nyeri





Pukul : 17.00 WIB
S   : Klien merasa masih merasa nyeri pada dada kiri
O  :  - TD : 90 / 80 mmHg
        - Nadi : 85x/ mnt
        - PERNAFASAN   : 20x/ mnt
A  :   Masalah curah jantung pada klien belum teratasi
P   : - Menormalkan bunyi
          jantung
       -  Selalu mengukur TTV
-         Berikan obat diuretik
      dan anti hipertensi


Pukul : 17.00 WIB
S   :    Klien suah tidak mengeluhkan dadanya.
O  :  - TD : 110 / 80 mmHg
        - Nadi : 75x/ mnt
        - PERNAFASAN   : 20x/ mnt
A  :   Masalah curah jantung pada klien cukup teratasi
P  : -  Selalu ukur TTV
-         Berikan obat diuretik
      dan anti hipertensi.

IMPLEMENTASI DAN EVALUAASI

No. Dx
Tanggal / Jam
Implementasi
Paraf
Evaluasi ( SOAP )
1
25 Maret 2009
Pagi
09.00 WIB



10.00 WIB




12.00 WIB

12.30 WIB



SORE
14.30 WIB



15.00 WIB




16.30 WIB










MALAM
08.30 WIB







09.30 WIB



10.30 WIB

04.00 WIB


06.00 WIB

·        Mengkaji dan mengukur  TTV,
      TD : 90/80 mmHg
      Nadi 85 x/menit
      Suhu 36,8 C
      Pernafasan 25x/menit
·        Memantau frekuensi jantung dan iramanya, frekuensi naik,iramanya tidak teratur, kualitasnya kuat dan terdapat murmur
·        Auskultasi bunyi napas
      Bunyi nafas krekels atau ronchi
·        Anjurkan keluarga untuk support paien dalm melakukan aktivitsa sesuai kemampuan



·        Menganjurkan klien tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan. Contoh olah raga yang banyak menguras tenaga.
·        Memantau TTV klien
      TD : 100/80 mmHg
      Nadi 90 x/menit
      Suhu 37,8 C
      Pernafasan 23x/menit
·        Mengajarkan teknik nafas dalam.










·        Cek TTV klien :
      TD : 100/70 mmHg
      Nadi 80 x/menit
      Suhu 37,5 C
      Pernafasan 23x/menit
·        pemberian diuretik tiazid : hidrolorotiazid 5 cc.
·        Diuretik loop : furosemid
(IV)
·        Cek TTV. Anjurkan pasien istirahat.
·        Mengukur lingkar lengan.
Didapat ukurannya sama 15 cm

·        Penkes makanan yang perlu dihindari


Pukul : 13.00 WIB
S   : - Klien mengatakan denyut jantung terasa cepat
        - Klien merasa masih lemah
O  : - TD : 90 / 80 mmHg
        - Nadi : 85x/ mnt
         - PERNAFASAN   : 20x/ mnt
A  :  Masalah curah jantung pada klien belum teratasi
P   : - Menormalkan bunyi jantung
-  Selalu mengukur TTV 



Pukul : 15.30 WIB
S   :    Klien mengatakan merasa masih lemah
O  : - TD : 100 / 80 mmHg
        - Nadi : 90 x/ mnt
         - PERNAFASAN   : 23 x/ mnt
A  :    Masalah curah jantung pada klien belum teratasi baik
P   : - Selalu mengukur TTV
       - Auskultasi Tonus otot
         jantung + linkar
         lengan




Pukul : 06.30 WIB
S   :    Klien mengatakan merasa lebih baik dan jantung sudah tidk berdebar2.
O  : - TD : 110 / 80 mmHg
        - Nadi : 80 x/ mnt
         - PERNAFASAN   : 23 x/ mnt
A  :    Masalah curah jantung cukup teratasi
P   : - Selalu mengukur TTV
       - Auskultasi Tonus otot
         Jantung
-         Pantau warna kuli dan kelembapannya      
            dan pengisian
             kapiler.