Rabu, 23 Mei 2012

api 2

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA NN. M
DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
PADA SCHIZOFRENIA SIMPLEKS DI RUANG JIWA C


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : Nn. M
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dupak Lor II / 34 Surabaya
Informan : Ny. A
Tgl pengkajian : 19 Februari 2002

2. Alasan Masuk
Klien diam saja sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, tidak mau makan, bicara dan hanya mengurung diri di kamar, BAB dan BAK di tempat tidur. Pernah coba untuk dibawa berobat ke orang pintar tetapi tidak berhasil / tidak sembuh.

3. Faktor Predisposisi.
Menurut orang tua klien, klien dan keluarga tidak ada yang mempunyai gangguan jiwa pada masa lalu.
Klien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenagkan pada masa lalu, yaitu diputus pacarnya 2 tahun yang lalu, kemudian mulai tidak mau bicara dan menyendiri di kamar.

4. Fisik
Tanda Vital : TD: 110/70mmHg N: 100x/mnt S: 37 C P: 20x/mnt
Ukur : TB : 147 BB: 37
Keluhan Fisik : Badan lemah dan tidak mau beraktifitas.



5. Psikososial
Genogram :








Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lag dari dirinya.
2. Identitas
Klien bekerja sebagai karyawan salah satu pabrik tahun 1997 – 2000
3. Peran Diri
Klien adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara yang tinggal dengan pak De nya.
4. Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang / sembuh klien bingung harus melakukan apa.
5. Harga diri
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan di luar rumah.

Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah pacarnya. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, kien sering diam, menyendiri, jarang berkomunikasi dan suka melamun.

Spiritual
Klien adalah penganut agama Islam yang tidak terlalu taat, klien jarang shalat selama belum sakit. Selama sakit, klien tidak pernah melakukan kewajiban agamanya yaitu shalat 5 waktu.

6. Status Mental
Penampilan :
Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus disuruh, rambut tidak pernah tersisir rapi.

Pembicaraan :
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara.

Aktivitas Motorik
Lesu, tidak mau melakukan aktivitas kalau tidak disuruh, klien hanya mau melakukan aktivitas jalan-jalan, sesuka hatinya, lalu kembali tidur.
Alam Perasaan.
Tampak seperti sedih dan putus asa, selalu mengeryitkan dahi.
Afek
Datar, tidak ada perubahan roman muka saat perawat mencoba bercanda.
Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang, klien tidak mau memandang lawan bicara saat berkomunikasi.
Persepsi :
Tidak ada halusinasi baik akustik, maupun visual.
Proses pikir
Sulit dievaluasi, karena dalam menyampaikan pikiran sangat lambat dan pendek.
Isi pikir
Tidak terjadi waham.
Tingkat kesadaran
Stupor, klien tidak merubah posisi tubuh bila di posisikan pada posisi tertentu oleh perawat.
Memori
Tidak dapat gangguan memori.
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi dan selalu mengalihkan pandangan dan perhatian dan pergi bila diajak bicara.
Kemampuan penilaian
Gangguan kemampuan penilaian ringan, klien tidak mampu menentukan keinginannya sebelum dijelaskan.

7. Kebutuhan Persiapan Pulang
Tidak dapat dikaji oleh perawat karena klien belum ada rencana pulang.

8. Mekanisme Koping
Mal adaptif : reaksi lambat, klien tidak mau melakukan aktifitas.

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok spesifik : klien tinggal dengan pak De nya yang tidak setuju dengan hubungannya dengan pacarnya.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan : menarik diri.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien tidak tamat SD
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Berhenti bekerja setelah diputus pacar..

10. Pengetahuan kurang tentang :
Penyakit jiwa : klien dan keluarga tidak mengerti tentang penyakit jiwa dan pengobatannya.
Faktor presipitasi : keluarga tidak mengerti apa saja yang mencetuskan terjadinya kelainan jiwa.
Koping : keluarga tidak tahu bahwa perlu dan penting dukungan keluarga untuk proses penyembuhan.

11. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Schizofrenia Simpleks
Differential Diagnosis : Schizofrenia stupor katatonik.
Terapi Medik : Haloperidol : 2-0-0
Pimozid : 0-0-4 mg
Vitamin B Complek : 2 x 1 tab.

12. Daftar Masalah Keperawatan

Gangguan perawatan diri Gangguan komunikasi verbal

Disabelity : Penampilan Isolasi sosial : Menarik diri

Harga diri rendah

Kegagalan cinta Koping keluarga tak efektif

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah, ditandai dengan :
DS : Keluarga mengatakan klien sejak 1 tahun yang lalu sering diam, tidak mau keluar kamar, selalu di tempat tidar, tidak mau makan, mandi, bab dan bak di tempat tidur.
DO : Klien lebih banyak di tempat tidur, bila diajak bicara tidak ada kontak mata.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan isolasi sosial, ditandai dengan
DS : Klien mengatakan klien hanya mau bicara bila ditanya, kalimatnyapun pendek-pendek.
DO : Klien hanya menjawab pertanyaan perawat, jawaban pendek, pelan dan lambat.



3. Syndroma defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan dan minat perawatan diri.
DS : Keluarga mengatakan, klien mau mandi bila sudah disuruh, kadang-kadang lupa mandi
DO : Klien mandi bila disuruh perawat atau ibu, makan harus disuruh, rambut tidak pernah tersisir rapi.

Rabu, 11 April 2012

pertanyaan


1.      Siapa responden anda?
Apakah ibu hamil atau ibu yang mempunyai anak dengan riwayat BBLR,kenapa?
*      Ibu yang mempunyai riwayat BBLR karena disini saya mencari hubungan antara frekuensi ANC dan BBLR jadi
2.      Kenapa anda melakukan penelitian di desa....
*      Saya melakukan di daerah ini karena angka kejadian BBLR di puskesmas ini lebih banyak dibanding dengan,,,,,,,,
3.      Jika ternyata dalam penilitian anda tidak terdapat hubungan, apa tindak lanjut anda?
*      Sebelumnya saya sudah punya penelitian terkait dan keaslian penelitian dimana disitu sudah tercantum jelas ada hubungan antara frekuansi ANC dengan kejadian BBLR, jadi kalau misal penelitian saya tidak ada hubungan saya akan mengkaji kembali responden, tempat, dan waktu yang kurang tepat.
4.      Apakah penelitian anda sudah cukup relevan untuk dijadikan bahan penelitian setinggkat S1, kenapa?
*      Sudah, karena setingkat S1 berada pada tahap menganalisa hubungan variabel. Berbeda dengan D3 yang tahapnya mendeskripsikan variabel, jadi kalau ada mahasiswa D3 yg sudah melakukan penelitian pada tahap analisa berarti sudah ada kemajuan pada program pendidikan nya.
5.      Jelaskan data apa yang anda gunakan dalam penelitian ini?
*      Data primer (langsung mendapatkan data dari responden) dan data sekunder (data yang saya daoat dari rekam medik atau puskesmas)
6.      Analisa apa yang anda gunakan? Kenapa!
*      Analisa univariat karena saya harus mendistribusikan terlebih dahulu variabel yang akan saya teliti dan bivariat karena saya akan menghubungkan kedua variabel yang sudah saya disrtibusikan.

7.      Apa perbedaan antara K1 dan K4?
K1 è kontak pertama kali ibu hamil pada nakes tanpa melihat usia kehamilan
K2 è kontak pertama kali ibu hamil pada nakes dengan
1x pada TM 1
1x pada TM 2
Dan 2x pada TM 3
8.      Kenapa anda mengambil variabel ANC dalam penelitian ini?
Karena dengan rutin melakukan ANC nakes bisa mendetieksi secara dini komplikasi yang terjadi pada ibu hamil sehingga bisa mengantisipasi masalah yang akan terjadi, dengan begitu kita bisa meminimalkan angka kejadian BBLR

Senin, 02 April 2012

Hidrocepalus

A.       Defenisi

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial.
3 (Tiga) bentuk umum hydrocephalus :
    1. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF.
Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang  lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.
Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular.
Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
    1. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
    1. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral.
Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

B.       Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis

a.       Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi +  0,35 ml / menit  atau 500 ml / hari dengan demikian  CSF di perbaharui  setiap  8 jam.
Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1). Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2). Parenchym otak
3). Arachnoid
b.       Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine  dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen  Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna  di supratentorial dan kedua hemisfere  cortex cerebri.
Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi  melalui villi arachnoid.

C.       Patofisiologi

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar  ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan  kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

D.       Etiologi dan Patologi

Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistim ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan luschka ) pada ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal Hidricephalus)
Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara normal akan diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III membesar dan terjadi kenaikan ICP.
Type lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal Hidrocephalus) dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang subarahcnoid tidak terhalangi, ini mungkin disebabkan karena  kesalahan absorbsi cairan oleh  sirkulasi vena. Type hidrocephalus terlihat bersama – sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.

E.        Tanda dan Gejala

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan  pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan  sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

F.        Diagnosis

§  CT Scan
§  Sistenogram radioisotop dengan scan .

G.       Perlakuan

§  Prosedur pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular, ventrikuloperitoneal) shunt
§  Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan kedalam ventrikel lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan kedalasm ujung terminal tube pada vena jugular atau peritonium diaman akan terjadi absorbsi kelebihan CSF.

H.       Penatalaksanaan Perawatan Khusus

Hal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post – operatif dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :
1)      Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.
2)    Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.
3)    Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.
4)    Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.
5)    Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.
Hidrocephalus pada Anak atau Bayi
Pembagian :
     Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) ;
1.      Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
-     Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
-     Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2.      Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat  sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga  perbedaan hidrosefalus kongenital denga di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak  dan kemungkinan prognosanya..
Penyebab sumbatan ;
Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak – anak ;
1.      Kelainan kongenital
2.      Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran ventrikel  pada masa akut ( misal ; Meningitis )
3.      Neoplasma
4.      Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1.      Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga  terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
2.      Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Manifestasi klinis
1.      Bayi ;
-         Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
-         Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
-         Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial;
·        Muntah
·        Gelisah
·        Menangis dengan suara ringgi
·        Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
-         Peningkatan tonus otot ekstrimitas
-         Tanda – tanda fisik lainnya ;
·        Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
·        Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
·        Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
·        Strabismus, nystagmus, atropi optik.
·        Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2.      Anak yang telah menutup suturanya ;
Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :
-         Nyeri kepala
-         Muntah
-         Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
-         Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
-         Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
-         Strabismus
-         Perubahan pupil.

ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
1.1  Anamnese
1)      Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2)      Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.

1.2  Pemeriksaan Fisik
1)      Inspeksi :
§  Anak dapat melioha keatas atau tidak.
§  Pembesaran kepala.
§  Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

2)      Palpasi
§  Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
§  Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3)      Pemeriksaan Mata
§  Akomodasi.
§  Gerakan bola mata.
§  Luas lapang pandang
§  Konvergensi.
§  Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
§  Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

1.3  Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
§  Peningkatan sistole tekanan darah.
§  Penurunan nadi / Bradicardia.
§  Peningkatan frekwensi pernapasan.
1.4  Diagnosa Klinis :
§  Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
§  Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s  Sign)
§  Opthalmoscopy : Edema Pupil.
§  CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.
§  Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1  Pre Operatif
1)      Gangguan rasa nyaman:  Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah,  kepala membesar
Tujuan ;  Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
§  Jelaskan Penyebab nyeri.
§  Atur posisi Klien
§  Ajarkan tekhnik relaksasi
§  Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
§  Persapiapan operasi

2)      Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
§  Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
§  Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
§  Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
3)      Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan  intake yang kurang diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
§  Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
§  Monitor Intake dan out put
§  Berikan therapi cairan secara intavena.
§  Atur jadwal  pemberian cairan  dan  tetesan infus.
§  Monitor tanda – tanda vital.

2.2   Post – Operatif.
1)      Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
§  Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
§  Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
§  Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
§  Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
§  Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin, berkeringat)
§  Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.

2)      Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
§  Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
§  Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
§  Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
§  Monitor therapi secara intravena.
§  Timbang berta badan bila mungkin.
§  Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
§  Berikan makanan ringan diantara waktu makan.

3)      Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
§  Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
§  Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
§  Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
§  Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.

4)      Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
§  Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
§  Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
§  Jasgalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
§  Berikan latihan secara pasif dan perlahan – laha















2.1 Pengertian
Hidrocephalus adalah kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal. (Staf pengajar IKA UI)


2.2 Etiologi
Kelainan Bawaan (Congenital Defect)
Infeksi
Neoplasma
Perdarahan intracranial


2.3 Patofisiologi


Kelainan Kongenital Infeksi
Neoplasma Perdarahan






- Obstruksi salah satu tempat pembentukan (Ventr.III / IV)
- Obstuksi pada duktus rongga tengkorak
- Ggn absorbsi LCS (Foramen Monroe, Luscha & Magendie Keradangan jaringan otak Meningkatnya jumlah cairan dalam ruang subarachnoid




Jumlah LCS
- Obstruksi tempat pembentukan/ penyerapan LCS
- Rangsangan produksi LCS Meningkatkan jumlah cairan dalam ruang subarachnoid




Peningkatan Tekanan terhadap Jaringan otak (Internal) dan tengkorak (eksternal)
Sutura belum menutup sempurna




Pembesaran Relatif Otak/Kepala
PK : Peningkatan TIK
Ggn. Rasa Nyaman : Nyeri




Gangguan Aktivitas
Resiko tinggi Cidera Ggn. Rasa Nyaman : Nyeri


POHON MASALAH




Peningkatan Jumlah Cairan Cerebrosinal






Terpasang Shunt Peningkatan TIK Pembesaran kepala




Kejang




Resiko cidera Nyeri Muntah Ggn Mobilitas


Resiko tinggi Ggn Integritas kulit
Infeksi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Resiko gangguan bersihan jalan nafas






2.4 Tanda dan Gejala
 Tanda peningkatan TIK: Nyeri Kepala, mual, mau muntah, oedema papil syaraf
 Pembesaran relatif kepala (ukuran suboccipito – bregmatica)
 Pot crack sign
 Sunset sign
 Ubun-ubun belum menutup saat waktunya
 Dahi melebar, kulit kepala menipis, tegang dan mengkilat
 Bola mata terdorong kebawah (Sunset sign)
 Menangis nada tinggi (pitched)
 Gangguan neurologis : kejang, gangguan syaraf pusat
 Pada pemeriksaan penunjang ditemukan sutura belum menutup/melebar; LCS dengan atau tanpa kuman dengan biakan dimana protein LCS normal atau menurun, Leukosit meningkat/tetap dan glukosa menurun atau tetap.


2.5 Penatalaksanaan
- Istirahat mutlak
- Cegah resiko / gejala peningkatan Tekanan Intra Kranial
- Cegah resiko injuri/cidera
- Cegah gangguan neurologis


Bebapa teknik pengobatan yang telah dkembangkan meliputi pengurangan produksi LCS dengan merusak sebagian fleksus (Choroidalis)
Pengobatan dengan Azetazolamid (Diamox) untuk inhibisi LCS
Memperbaiki hubungan tempat poduksi (Fleksus Choroidalis) dengan tempat reabsorbsi
Pengeluaran LCS ke organ ekstrakranial :
- Drainase Ventrico-Peritonial
- Drainase Lombo – Peritoneal
- Drainase Ventriculo – Pleural
- Drainase dari antrum mastoid
- Drainase dalam jantung/Vena Jugularis


2.6 Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada neonatus yang mungkin muncul adalah :
1. Resiko tinggi cidera b.d kejang, gangguan pust vital
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d regulasi cairan inadekuat
3. Potensial Komplikasi : Peningkatan TIK
Rencana tindakan :


Resiko Tinggi Cidera b.d Kejang, Ganguan Pusat Vital
Tujuan : tidak terjadi cidera yang diakibatkan oleh penurunan/gangguan pusat vital
Kriteria hasil :
- Tidak ada kejang
- Tanda-tanda vital stabil
Intervensi Rasional
Kaji tanda vital setiap 2 jam atau bila perlu




Pastikan posisi anak dalam keadaan aman, jauhkan benda berbahaya


Hindari manipulasi berlebihan, lakukan pengukuran tanda vital segera setelah melakukan tindakan dalam jangka relatif lama


Pasang sudip lidah saat kejang


Berikan obat antikonvulsi bila perlu sesuai prosedur pengobatan
Gangguan pusat vital sebagai manivestasi gangguan neurologis/akibat peningkatan TIK dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan dapat menimbulkan gangguan yang buruk
Kejang yang tidak terkontrol mempengaruhi fungsi motorik dan sensorik


Manipulasi berlebih terutama pada kepala dapat menimbulkan peningkatan tekanan intracranial yang dimanivestasikan dengan perubahan tanda vital


Obstruksi napas dapat terjadi saat kejang


Pemberian obat antikonvulsan lebih utama diberikan pada kecenderungan kejang yang sering




Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elekrtolit b.d Regulasi cairan inadekuat
Tujuan : Kebutuhan Cairan tubuh terpenuhi dan elektrolit tubuh dalam status maintenens
Kriteria hasil :
- Intake dan Output cairan seimbang
- Kadar Elektrolit dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kaji intake dan output harian




Ukur lingkar kepala dan berat badan secara teratur


Berikan cairan sesuai kebutuhan


Kaji tanda-tanda dini adanya dehidrasi


Ajarkan pada keluarga untuk memberikan cukup minum pada anak
Koreksi/evaluasi pemberian cairan minimal 3 hari sekali dengan pemeriksaan elektrolit Pemenuhan cairan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor : intake, suhu, BB, cara masuk cairan, dsb
Berat badan merupakan indikator kasar gangguan nutrisi dan cairan tubuh


Cairan rumatan dan cairan koreksi diperlukan untuk meningkatkan status cairan tubuh
Hiperventilasi dan diaporesis dapat tidak terkontrol; tetapi beresiko menimbulkan dehidrasi
Motivasi keluarga dalam memenuhi kebutuhan cairan / elektrolit bagi anak


Pemeriksaan kadar Na dan K merupakan indikator penting status cairan tubuh


Potensial Komplikasi : Peningkatan Tekanan Intrakranial
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK : muntah, kejang, reflek pupil menurun
- Lingkar kepala tetap/menurun bertahap
Intervensi Rasional
Kaji adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial


Hindari manipulasi berlebih pada daerah kepala, punggung dan leher


Posisikan tulang belakang klien dalam kondisi lurus; hindari hiperfleksi/hiperekstensi kepala


Kolaborasi obat-obat antibiotik/ antineoplasma/ penekan susunan syaraf pusat bila ada indikasi


Kaji efek steroid bila ada indikasi penggunaan steroid Peninkatan Tekanan Intrakranial mengakibatkan muntah, nyeri kepala, dan gangguan pupil.
Hidrocepalus yang dikibatkan oleh obstruksi/ neoplasma dapat menjadi lebih buruk akibat perubahan posisi yang tidak menguntungkan
Hiperfleksi/hiperekstensi kepala dapat memprofokasi peningkatan TIK




Evaluasi terhadap keja/efek smping obat diperlukan dalam mengatasi masalah peningkatan tekanan intrakranial


Efek steroid terhadap peningkatan Tekanan Intrakranial dapat terjadi dengan berlahan/tiba-tiba