PROSEDUR PEMERIKSAAN
FISIK ABDOMEN
FISIK ABDOMEN
1. PERSIAPAN
Siapkan Peralatan : baju periksa, selimut, stetoskop, senter, pena, penggaris, sarung tangan (tambahan), masker (tambahan.
Cuci tangan
Jelaskan prosedur kepada klien
Anjurkan klien tuntuk menanggalkan baju sampai pinggang dan mengenkan baju periksa
Ruang periksa cukup penerangan.
2. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
• Jaga privasi klien
• Gunakan prinsip universal precautio
• Tentukan jika nyeri abdomenada sebelum pemeriksaan, maka periksa daerah yang nyeri pada urutan terakhir
• Ikuti Urutan pemeriksaan sebagai berikut : inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi
• Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baik untuk menghemat tenaga klien
• Visualisasikan struktur/organ dibawahnya sebelum memulai pemeriksaan.
• Anjurkan klien relaksasi saat dilakukan pemeriksaan
• Klien mungkinbatuk dan bersinn selama pemeriksaan untuk itu gunakan prinsip universal precaution.
INSPEKSI
a. Atur posisi klien
• Posisi klien supine
• Letakkan satu bantal dibawah kepala klien dan lutut
• Tutupi dada klien dengan baju periksa hanya buka daerah abdomen.
b. Visualisasikan kuadran atatu region abdomen
• Visualisasikan garis horisontal dan vertikal yang membagi abdomen kedalam 4 kuadran dan 9 region
• Visualisasikan organ/struktur yangada dibawahnya.
c. Tentukan kontur/bentuk kesimetrisan abdomen
• Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan simpisis pubis. Pemeriksa melakukan observasi abdomen pada posisi abdomen pada posisi setinggi mata (posisi pemeriksa duduk atau berlutut)
Observasi kesimetrisan abdomen: pertama, observasi abdomen pada posisi berdiri di samping klien, kemudian berdiri di depan kaki tempat tidur/ meja periksa. Bandingkan sisi kiri dan kanan abdomen. Periksa bila ada tonjolan atatu massa.
d. Observasi umbilikalis
Lokasi, kebersihan dan adanya tanda-tanda implikasi
c. Observasi kulit abdomen
• Konsistensi dengan warna kulit keseluruhan abdomen.
• Periksa adanya skar, striae, pembesaran vena, lecet atau kemerahan pada kulit atau adanya
ostomi. Observasi lokasi dan karakteristiknya.
d. Observasi pergerakan dinding abdomen.
Pergerakan abdomen berupa pulsasi atau gelombang peristaltik. Merupakan hal yang normal bila
tanda ini timbul.
a. Auskultasi bising usus
• Gunakkan diapragma stetoskop
• Mulai auskutasi pada daerah kuadran kanan bawah (RLQ)
• Perhatikan karakter dan frekuensi suara (bising usus)
• Hitung bisisng usus minimal 1 menit
b. Auskultasi bunyi vaskular dan “friction rub”
• Gunakan bell stetoskop
• Dengarkan pada daerah abdominal dan areri renalis, iliaca, dan femoralis. Letakkan bel stetoskop pada daerah sejajr dengan garis MCL disamping aorta diatas umbilikalis.
Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi pada dewas muda mungkin terdengarbunyi dan hal ini dianggap normal. Pada dewasa kurus, pulsasi arteri renalis dapat terdengar.
• Dengarkan “friction rub” dengarkan suara yang kasar dan mengganggu dan dengakan dengan teliti pada daerah hepar dan limpa.
Catatan: friction rub disebabkan oleh 2 organ yang bersentuhan/bergesekan. Biasanya menunjukkan adanya tumor, infeksi atau peritontis yang memerlukan evalusi medis lebih lanjut.
PERKUSI
Suara abdomen yang terdengar pada perkusi yaitu:
• Timphany: suara yang keras (Loud Hollow) sangat keras terdengar diatas lambung dan intestine.
• Dullnes (redup): suara yang singkat, tinggi terdengar pada daerah hati. Limfa dan kandung kemih yang distensi.
• Hyperresonance: lebih keras dari tympany, biasanya terdengar pada intetine yangdistensi atau berisi udara.
• Flat: suara yang sangat halus, pendek. Terdengar bila tidak ada udara pada struktur seperti otot, tulang atau massa tumor.
- Perkusi pada 4 kuadran
- Perkusi pada hepar/hati]
• Menentukan batas atas dan bawah hepar
• Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikalis bergerak keatas sepanjang garis MCL kanan
• Suara yang pertama terdengar adalah tympany. Bila suara berubah menjadi dullnes, pemeriksa dapat mengidentifikasi batas bawah hepar.
• Beri tanda titik dengan pena. Biasanya pada batas tulang rusuk.
• Perkusi kearah bawah dari ICS ke 4 sepanjing garis MCL kanan. Suara pertama yang terdengar seharusnya aalah resonance karena pemeriksa melakukan perkusi pada paru-paru.
• Lanjutkan perkusike bawah hingga terdengar dullnes ini adalah batas atas hepar.
• Beri tanda titik
• Batas atas setingkat ICS ke-6. Jarak antara kedua titik kurang lebih 6-12 cm.
• Perkusi sepanjang garis “midsternum” dengan tehnik yang sama seperti sebelumnya. Ukuran hepar pada garis midsternum kurang lebih 4-9 cm.
C. Perkusi limfe ; untuk menentukan ukuran dan lokasi limfe.
• Perkusi pada sisi abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri (splenic dullnes) biasanya terdengar dari ICS ke-6 sampai dengan 10
d. Palpasi dan perkusi kandung kemih; untuk menentukan lokasi dan isinya.
• Palpasi untuk mengetahui fundus kandung (5-7 cm)
• Lalu lakukan perkusi diatas regio suprapubik, terdengar suara dullnes atau redup.
e. Perkusi ginjal
• Posisi pemeriksa membelakangi pasien.
• Observasi sudut kostovertebrae, pehatikan warna dan kesimetrisan
• Palpasi sudut kostovertebral kiri dan amati reaksi klien dan tanyakan apa yang dirasakannya. Normal jika terasa nyeri
• Lakukan hal yang sama pada bagian kanan.
perhatikan: jangan lakukan perkusi dan palpasi bila diketahui riwayat nyeri, tumor ginjal. Palpasi akan meningkatkan tekanan intra abdominal yang dapat memudahkan penyebaran.
• Mengkaji perkusi lebih lanjut dengan cara :
- Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral
- Lakukan perkusi atau tumbukkan diatas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan
- Ulangi prosedur untuk pada bagian kanan.
Untuk menentukkan ukuran dan letak organ, ketegangan otot, massa, nyeri dan cairan.
PALPASI
A. Palpasi abdomen secara dangkal
• Letakkan telapak tangan dan jarijari pada abdomen
• Tekan kedalam abdomen secara dangkal dan menggunakan jari jari tangan.
• Pindahkan tangan keseluruh 4 kuadran dengan cara mengangkat tangan kemudian meletakkannya pada daerah yang lain. Jangan menggeser atau menarik tangan pada permukaan kulit.
b. Palpasi abdomen dengan tekanan sedang
• Lakukan pada palpasi dangkal
• Berikan penekanan abdomen kurang lebih 6 cm
• Lakukansetiap kuadran secara berurutan
• Untuk klien yang gemuk gunakan palpasi bimanual
• Identifikasi adanya nyeri atau massa.
c. Palpasi hepar
• Pemeriksa berdiri disisi klien
• Letakkan tangan kiri dibawah thorax posterior kanan pada tulang rusuk ke 11 dan 12 (pinggang).
• Instruksikan klien rileks
• Angkat daerah tulang rusuk tersebut dengan tangan kiri
• Letakkan tangan kanan pada abdomen (RUQ) atau dibawah batas bawah hepar kemudian tekan kedalam dankeatas sepanjang batas lengkung tulang rusuk
• Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam. Pada saat ekspirasi perawat meraba tepi hepar.
secara normal hepar tidak teraba kecuali klien yang kurus. Bila teraba maka tepi hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri.
d. Palpasi limfa
• Pemeriksa berdiri disisi kanan
• Letakkan tangan kiri dibawah lengkung rusuk sebelah kiri dan lengkung tersebut untuk memindahkan posisi limfe ke anterior
• Tekan ujung jari jari tangan kanan kedalam batas tulang rusuk kiri kearah klien
• Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut. Biasanya limfe tidak teraba kecuali ada pembesaran yang jelas.
- Palpasi ginjal
• Ginjal kiri jarang teraba
• Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
• Letakkan tangan kiri dibawah abdomen, diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan dibagian atas.
• Anjurkan klien nafas dalam dan tangan kanan menekan kebawah sementaratangan kiri mendorong keatas
• Lakukan hal yang sam untuk ginjal kanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar