ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA BULI
A. TINJAUAN TEORI
I. PENGERTIAN
Tomor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.
II. ISIDEN
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
III. KLASIFIKASI
1. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
1. T = pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
Tis = carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx = cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To = tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1. pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
T2 = pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
T3 = pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
T3a = invasi otot yang lebih dalam
T3b= perluasan lewat dinding buli-buli
T4 = Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a= tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b= tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
Nx = minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
No = tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
N1 = pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 = pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
N3 = masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
N4 = pemebesaran lkelenjar lymfe juxta regional
3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx = kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 = adanya metastase jauh
M1a= adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b= metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c= metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d= metastase dalam organ yang multiple
2. type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1. efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell., anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
5. Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
IV. GEJALA KLINIS
- Kencing campur dara yang intermitten
- Merasa panas waktu kencing
- Merasa ingin kencing
- Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
- Nyeri suprapubik yang konstan
- Panas badan dan merasa lemah
- Nyeri pinggang karena tekanan saraf
- Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis
PATOFISOILOGI
BULI-BULI
Ca Buli-Buli
Ulserasi Infeksi sekunder : - panas waktu kencing - merasa panas dan tubuh lemah - kencing campur darah | Metastase Invasi pada bladder Retensio urine : - sulit/sukar kenicing | Oklusi ureter/pelvic renal Refluks Hydronephrosis - nyeri suprapubic - nyeri pinggang Ginjal membesar |
Penatalaksanaan
Operasi Kecemasan Takut Kurang pengetahuan | Radiology Defifsit ekonomi Tidak adequatnya terapi | Chemotherapy Tidak adequatnya terapi Efek samping chemotherapy - panas tubuh dan lemah - nafsu makan menurun - intoleransi aktivitas - depresi - konsep diri |
V. PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
RFT normal
Lymphopenia (N = 1490-2930)
2. Radiology
- excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
- Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
- Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
- Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
3. Cystocopy dan biopsy
- cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
- Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
4. cystologi
Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil cel daripada tumor
b. Terapi
1. Operasi
a) reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
b) Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
c) Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan urinary diversion untuk :
- transurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
- aquamosa cal Ca pada stage B-C
2. Radioterapy
- Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
- RAdiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
3. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
a. citral, 5 fluoro urasil
b. topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
VI. PROGNOSIS
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya metastesi ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.
VII.KOMPLIKASI
a. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
d. Pemeriksaan penunjang
Lihat kosep dasar.
II. Perencanaan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya. b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat. c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai. d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. | a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi. b. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya. c. Dapat menurunkan kecemasan klien. d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya. e. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan. f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga. g. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat. h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong. |
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik. e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu. f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll | a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan. b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi. c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri. d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas. e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri. f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran. g. Untuk mengatasi nyeri. |
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya. b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan. c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis. d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien. e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas. f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga. g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan. h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien. i. Kolaboratif j. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin k. Berikan pengobatan sesuai indikasi l. Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida m. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus. | a. Memberikan informasi tentang status gizi klien. b. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien. c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk. d. Kalori merupakan sumber energi. e. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. f. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri. g. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan. h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien). i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien. j. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien. k. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan. |
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya. b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker. c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan. d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien. e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya. f. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal. g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi. h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut. | a. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien. b. Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian. c. Membantu klien dalam memahami proses penyakit. d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan. e. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien. f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat. g. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman. h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala. |
5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
- Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
- Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
- Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik. b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah. c. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine. d. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras. e. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral. f. Kolaboratif. g. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi. h. Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash i. preparation. j. Kultur lesi oral. | a. Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan. b. Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman. c. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi. d. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa. e. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut. f. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi. g. Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik. h. Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat. |
6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam. b. Timbang berat badan jika diperlukan. c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil. d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien. e. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu. f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie. g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah. h. Kolaboratif i. Berikan cairan IV bila diperlukan. j. Berikan therapy antiemetik. k. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin | a. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia. b. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan. c. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi. d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia. e. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang. f. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan. g. Mencegah terjadinya perdarahan. h. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang. i. Mencegah/menghilangkan mual muntah. j. Mengetahui perubahan yang terjadi. |
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama. b. Jaga personal hygine klien dengan baik. c. Monitor temperatur. d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi. e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur. f. Kolaboratif. g. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets. h. Berikan antibiotik bila diindikasikan. | a. Mencegah terjadinya infeksi silang. b. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup. c. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi. d. Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi. e. Mencegah terjadinya infeksi. f. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi. g. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi. |
8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan :
- Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
- Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya. b. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya. c. Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk. | a. Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya. b. Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya. c. Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar. |
9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka. b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal. c. Ubah posisi klien secara teratur. d. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter. | a. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit. b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi. c. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif |
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA KANDUNG KEMIH
I. Pengertian
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.
Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu: tingkat O Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D Kelenjar Limfe.
II. Fokus Pengkajian
Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih.
Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus diperkuat oleh perawat.
Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan. Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Klien boleh pulang beberapa hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.
Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada klien yang fisikinya tidak kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai karena efeknya yang berbahaya.
Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam kandung kemih sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih selama dua jam.
DIAGNOSA KEPERAWATAN & TINDAKAN PADA KLIEN DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Tindakan :
- Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
- Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
- Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
- Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
- Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional:
a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
- Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
- Dapat menurunkan kecemasan klien.
- Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
- Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
- Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
- Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
- Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
Tindakan :
- Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
- Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
- Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
- Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
- Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
I. Kolaboratif:
f. Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
Rasional:
- Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
- Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
- Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
- Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
- Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
- Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
- Untuk mengatasi nyeri.
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
Tindakan :
- Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
- Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
- Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
- Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
- Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
- Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
- Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
- Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
- Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.
Rasional:
- Memberikan informasi tentang status gizi klien.
- Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
- Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
- Kalori merupakan sumber energi.
- Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
- Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
- Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
- Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
- Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
- Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
- Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Tindakan :
- Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
- Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
- Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
- Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
- Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
- Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
- Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
- Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
Rasional:
- Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
- Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
- Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
- Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
- Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
- Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
- Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
- Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
- Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
- Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
- Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
Tindakan :
- Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik.
- Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.
- Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.
- Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
- Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.
Kolaboratif
- Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi
- Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash
preparation.
- Kultur lesi oral.
Rasional:
a. Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.
- Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman.
- Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
- Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
- Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
- Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
- Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
- Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.
6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Tindakan :
- Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
- Timbang berat badan jika diperlukan.
- Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
- Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
- Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
- Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
- Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
Kolaboratif
- Berikan cairan IV bila diperlukan.
- Berikan therapy antiemetik.
- Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
Rasional:
- Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
- Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
- Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
- Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
- Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
- Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
- Mencegah terjadinya perdarahan.
- Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
- Mencegah/menghilangkan mual muntah.
- Mengetahui perubahan yang terjadi.
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
Tindakan :
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
- Jaga personal hygine klien dengan baik.
- Monitor temperatur.
- Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
- Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif
- Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
- Berikan antibiotik bila diindikasikan.
Rasional:
- Mencegah terjadinya infeksi silang.
- Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
- Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
- Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
- Mencegah terjadinya infeksi.
- Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
- Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan :
- Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
- Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
Tindakan :
- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.
- Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.
- Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.
Rasional:
a. Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
b. Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.
c. Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.
9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
Tindakan :
- Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
- Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
- Ubah posisi klien secara teratur.
- Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
Rasional:
a. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.
PENGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa : Simon Sani Kleden
NIM : 019930056 B
Tempat Praktek : Ruang Bedah D
Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2001
I. IDENTITAS
Nama : Tn. M.
Umur : 45 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Buruh tani.
Pendidikan : SD (tidak tamat).
Alamat : Jl. Jarah, Siman, Ponorogo.
Alasan Dirawat: BAK tidak lancar dan terasa nyeri, badan panas sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan Utama Sebelumnya:
Mulai 2 minggu yang lalu kencing hanya bisa menetes, tidak dapat tuntas, terasa ada sisa, pancaran tidak jauh dan terasa nyeri.
Saat Pengkajian : Klien cemas menunggu jadwal operasi karena masalah keuangan.
Upaya yang telah dilakukan:
Berobat ke RS Ponorogo dan mendapat obat, ke-mudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo.
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan: tidak ada.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
2.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Klien ada riwayat kencing batu 3 bulan yang lalu dan 2 bulan yang lalu ada kencing darah. ± 6 bulan yang lalu selama 1 minggu klien merasa ada benjolan diperut bagian bawahnya.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
BAK tidak lancar, terasa nyeri dan panas, sifatnya terus menerus sejak 2 minggu yang lalu. Klien juga merasa kesulitan dalam BAB, konsistensi keras dan lama baru keluar.
2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita oleh klien sekarang ini.
2.4 Keadaan Kesehatan Lingkungan:
Klien tinggal di perkampungan yang kondisinya sangat sederhana.
2.5 Alat Bantu Yang Dipakai: tidak ada.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Klien tampak pucat, melakukan aktivitas seperlunya. Tidur kurang, sering terbangun tengah malam.
2. Tanda-tanda Vital:
Suhu 36oC/axilla, nadi kuat dan teratur, 80x/menit, tensi diukur dengan klien berbaring pada lengan kiri, hasilnya= 130/80 mmHg, pernafasan normal, 18x/menit.
3. Sistem Tubuh (Body Systems):
3.1 PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Hidung : tidak ada kelainan.
Trachea : letaknya normal.
Bentuk dada: simetris.
3.2 CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
Nyeri dada : tidak ada.
Suara jantung: normal.
Edema : pada ekstremitas bawah.
3.3 PERSYARAFAN (B3: BRAIN)
Kesadaran: compos mentis.
GCS : E= 4 V=5 M= 6
Total nilai: 15
Kepala dan wajah: tidak ada kelainan, kesan= pucat.
Mata:
- Sklera: icterus.
- Conjunctiva: pucat
- Pupil : isokor.
Leher: tekanan vena jugularis normal. Klien mengalami cegukan.
1. Persepsi Sensori
Pendengaran: tidak ada kelainan.
Penciuman : tidak ada kelainan.
Pengecapan : tidak ada kelainan.
Penglihatan : tidak ada kelainan.
Perabaan : tidak ada kelainan.
3.4 PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
Produksi urine: dalam 24 jam 600 – 700 ml, keluar sedikit-sedikit, menetes, sering dan terasa nyeri. Kadang ada retensi urine.
Warna : merah. Bau: agak amis.
Lainnya : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras, fixed.
3.5 PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)
Mulut dan tenggorok: kering, agak merah (iritasi).
Abdomen : distensi.
Rectum : tidak ada kelainan.
BAB : 1x/hari, kadang-kadang 2 – 3 hari baru BAB.
Konsistensi: keras. Ada konstipasi.
Berat Badan (BB) : tanggal 21 April 2001 = 70 kg.
Tanggal 9 Mei 2001 = 57 kg.
Diet : TKTP dan Entrasol.
Klien memiliki kebiasaan minum kopi sejak muda dan
klien bekerja dekat pabrik tebu.
3.6 TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan pergerakan sendi: bebas. Tidak ada parese, paralise maupun hemiparese.
Extremitas:
- Atas : tidak ada kelainan.
- Bawah : terdapat edema apda tungkai kiri.
Tulang Belakang: tidak ada kelainan.
Kulit:
-Warna kulit: pucat.
- Akral : dingin kering.
- Turgor: cukup.
3.7 SISTEM ENDOKRIN
Terapi hormon: tidak ada.
3.8 SISTEM HEMATOPOIETIK:
Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu:
- Anemia.
- Transfusi darah.
- Tipe darah: PRC 2 kolf dan FFP 2 kolf.
3.9 REPRODUKSI
1) Laki-laki
Penis : klien telah disirkumsisi.
Scrotum: terdapat edema minimal.
3.10 PSIKOSOSIAL
Konsep diri:
2) Identitas
Status klien dalam keluarga: suami.
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya dalam keluarga: puas.
3) Peran
Tanggapan klien terhadap perannya: senang.
Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup.
Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
4) Ideal diri/Harapan
Harapan klien terhadap:
- Tugas/pekerjaan: dapat melakukan pekerjaan seperti biasa (sebagai buruh tani).
- Tempat/lingkungan kerja: dapat kembali bekerja seperti semula.
Harapan klien terhadap penyakit yang sedang dideritanya:
Klien berharap agar segera dilakukan operasi biar cepat sembuh.
Lainnya: klien menganggap apabila tumornya diangkat dengan operasi maka ia akan sembuh total.
a) Harga diri
Tanggapan klien terhadap harga dirinya: sedang.
Sosial/Interaksi
Hubungan dengan klien: tidak kenal.
Dukungan keluarga : aktif.
Dukungan kelompok/teman/masyarakat: kurang.
Reaksi saat interaksi : kontak mata.
Konflik yang terjadi terhadap: peran.
3.11 SPIRITUAL
Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah.
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini: sholat.
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini: lewat ibadah.
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada.
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: klien mempercayainya.
Persepsi terhadap penyebab penyakit: sebagai cobaan/peringatan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Mei 2001:
- Leukosit : 18,9 x 1000/UL
- Erythrocyt: 4,03 x 1 juta/UL
- Hb : 9,1 g/dl.
- PCV : 30,1%
- MCV : 74,7 FL
- Trombosit : 829 x 1000/UL
- Albumin : 3,5 g/dl.
- Diff:
· Seg : 85
· Lym: 11.
- LED: 91 mm/jam.
Pemeriksaan mikrobiologi tanggal 21 April 2001(hasilnya keluar tanggal 30 April 2001)
Bahan urine:
- Kultur/biakan: * mikroba pseudomonas sp.
* jumlah kuman > 105CFU/ml.
Test kepekaan antibiotika (sensitivity test).
DAM 10 test = 3 sensitive : 7 resistent.
Bahan urine:
Diagnosa tampak sel-sel ganas transitional cell carsinoma.
Keterangan: dalam sediaan ditemukan sel-sel ganas transitional cell carsinoma.
Pemeriksaan Radiologi
- IVP/BOP tanggal 21 April 2001
Kesimpulan: hidronephrosis grade II – III kiri dan hidroureter kiri filling defect pada buli, suspect massa buli.
- USG urologis tanggal 21 April 2001
Kesimpulan: massa didaerah dasar dan lateral kiri buli hidronephrosis grade II S.
- USG abdomen tanggal 3 Mei 2001
Kesimpulan: hidronephrosis sedang bilateral, massa buli-buli dengan kalsifikasi tak tampak tanda metastase pada hepar dan para aorta.
Terapi:
Infus RL : D5= 2 : 3 20 tetes/menit.
Ampicillin 1 gr 4x1.
Gentamycin 80 mg 2x1.
Parasetamol 500 mg 3x1 tab.
Cepatoxim 500 mg 3x1 tab.
Transfusi PRC 2 kolf/hari.
Transfusi FFP 2 kolf .
Diit: TKTP dan Entrasol..
ANALISA DATA
TANGGAL | KELOMPOK DATA | KEMUNGKINAN PENYEBAB | MASALAH | DIAGNOSA KEPERAWATAN |
8 Mei 2001 9 Mei 2001 9 Mei 2001 10 Mei 2001 | S: Klien menanya- kan kapan opera-sinya dilaksana-kan, karena biaya selama menunggu jadwal operasi se-makin menipis. O: -Operasi belum di lakukan. -Klien gelisah. -Klien tampak kelelahan. -Mata klien tam-pak merah kare-na kurang tidur. S: Klien mengatakan tubuhnya lemah & selera makan-nya berkurang, rasanya ingin mi-num terus. O: Anemis, pucat, albumin 3,5 g/dl; BB sebelumnya 70 kg turun men-jadi 57 kg; TB= 169 cm. S: Klien berpikir bahwa dengan o-perasi maka dia pasti sembuh to-tal. O: -Pendidikan klien SD tidak sam-pai tamat. -Klien selalu ber-tanya tentang penyakit & jad-wal operasinya. -Klien merasa ti-dak diperhati-kan/tidak dioba-ti. S: Klien mengatakan kencingnya masih berwarna merah & menetes. O:-Warna kencing merah & berbau amis. -Produksi urine dalam 24 jam: 600-700 ml. | Situasi krisis (kanker) & sosio ekonomi. Hipermetabolik berhubungan de-ngan kanker. Kurangnya in- formasi & keter-batasan kognitif. Blood Clothing akibat kanker. | Cemas Gangguan nut-risi: kurang da-ri kebutuhan. Kurang penge-tahuan tentang penyakit, prog-nosis & pengo-batan. Gangguan eli-minasi urine (retensi) | Cemas berhubung-an dengan situasi krisis (kanker) dan sosio ekonomi. Gangguan nutrisi: kurang dari kebu-tuhan berhubung-an dengan hiper-metabolik yang berhubungan de-ngan kanker. Kurang pengeta-huan tentang pe-nyakit, prognosis & pengobatan ber-hubungan dengan kurangnya infor-masi & keterbatas-an kognitif. Gangguan elimi-nasi urine (retensi) berhubungan de-ngan blood clo-thing akibat ada-nya kanker. |
RENCANA TINDAKAN PERAWATAN
NO | TGL | DIAGNOSA KEPERAWATAN & HASIL YANG DIHARAPKAN | RENCANA TINDAKAN | RASIONAL |
1 2. 3. 4. | 8 Mei 2001 9 Mei 2001 9 Mei 2001 10 Mei 2001 | Cemas berhubungan dengan situasi krisis (kanker) & sosio ekonomi. Tujuan: a. Klien dapat mengurangi ra-sa cemasnya. b. Klien rileks & dapat meli-hat dirinya secara objektif. d. Menunjukkan koping yang efektif. Kriteria Hasil: a. Klien melaporkan perasa-an cemasnya berkurang. b. Klien menyatakan pema-hamannya tentang penya-kit. Rencana Tindakan: a. Cemas hilang dalam 24 jam. b. Klien memiliki & mengi-kuti program JPS. c. Klien mau menunggu jad-wal operasi. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) ber-hubungan dengan hiperme-tabolik yang berhubungan dengan kanker. Tujuan: -Klien menunjukkan BB sta-bil, hasil lab normal & ti-dak ada tanda-tanda mal-nutrisi. -Klien menyatakan pengerti-annya terhadap perlunya intake yang adekuat. Kriteria Hasil: -Peningkatan masukan ma-kanan. -Tidak ada penurunan BB lebih lanjut hingga saat operasi nanti. -Hasil lab dalam batas nor- mal. -Nutrisi yang cocok & ade-kuat serta kalori yang cu-kup. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis & pe-ngobatan berhubungan de-ngan kurangnya informasi keterbatasan kognitif. Tujuan: -Klien dapat mengatakan se-cara akurat tentang diagno-sa & pengobatan pada ting-katan siap. -Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup & berpartisipasi dalam pengo-batan. -Mengikuti prosedur pengo-batan & bekerjasama deng-an perawat/dokter. Kriteria Hasil: -Klien siap untuk dioperasi, baik secara fisik maupun mental. -Klien mau berpartisipasi dalam perubahan gaya hi-dup. Gangguan eliminasi urine (retensi) berhubungan deng-an blood clothing akibat ada-nya kanker. Tujuan: - Retensi urine tidak terjadi. Kriteria Hasil: - Klien berkemih volunteer. - Residu urine kurang dari 50 cc. - Urine tidak lagi berwarna merah & menetes. | a. Tentukan penga-laman klien se-belumnya terha-dap penyakit yang dideritanya. b.Berikan informasi tentang prognosis secara akurat. c.Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek sam-ping. Bantu klien mem-persiapkan diri da-lam pengobatan. d. Catat koping yang ti-dak efektif seperti ku-rang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. e.Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. f. Berikan lingkungan yang tenang dan nya-man. g.Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. h.Jelaskan tentang kebijakan pemerin-tah & RS tentang penanga-nan bagi klien tidak mampu serta program JPS. a. Monitor intake makan an setiap hari. b. Timbang BB, ukuran lengan (triceps) serta amati penurunan BB. c. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi maka-nan tinggi kalori-inta-ke cairan yang adeku-at. Anjurkan pula klien untuk sering mengkonsumsi maka-nan kecil. d. Kontrol faktor lingku-ngan seperti bau bu-suk, bising. Hindari makanan yang manis, berlemak & pedas. a. Review pengertian klien & keluarga ten-tang diagnosa pengo-batan & akibatnya. b. Tentukan persepsi klien tentang kanker & pengobatannya. c. Berikan bimbingan kepada klien sebelum mengikuti prosedur pengobatan, terapi yang lama, komplika-si. Jujurlan kepada klien. d. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal & meng-koreksi mis komuni-kasi tentang penyakit-nya. e. Anjurkan klien untuk memelihara kebersih-an kulit & rambut. f. Jelaskan kepada klien /keluarga tentang pentingnya status nut-risi yang optimal. a. Anjurkan klien untuk banyak minum air pu-tih. b. Kembangkan kemba-li program latihan kandung kemih atau pengkondisian kem-bali. c. Ajarkan klien mere-gangkan abdomen & melakukan manuver varsava jika diindika-sikan. d. Ajarkan klien manu-ver crede jika diindi-kasikan. e. Ajarkan klien manu-ver regangan anal jika diindikasikan. f. Ukur residu pasca berkemih setelah usa- ha mengosongkan kandung kemih jika volume urine lebih dari 100 cc. Jadwal-kan program kateteri-sasi intermitten. | a. Data-data mengenai pengalaman klien se-belumnya akan mem berikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi. b.Pemberian informasi dapat membantu klien dalam mema-hami proses penya-kitnya. c. Membantu klien da-lam memahami ke-butuhan untuk pe-ngobatan dan efek sampingnya. d. Mengetahui dan menggali pola ko-ping klien serta me-ngatasinya/membe-rikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam me-ngatasi kecemasan. e. Agar klien mempe-roleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga. f. Memberikan ke-sempatan pada klien merenung/istirahat. g. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong. h. Memberikan infor-masi mengenai alter-natif pembiayaan. a. Memberikan infor-masi tentang status gizi klien. b. Memberikan intor-masi tentang penam bahan & penurunan BB. c. Kalori merupakan sumber energi. d. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan serta dis-pepsia yang menye-babkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimu-lus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. a. Menghindari dupli-kasi & pengulangan terhadap pengetahu-an klien. b. Memungkinkan di lakukan pembinaan terhadap kesalahan persepsi & konsepsi serta pengertian. c. Membantu klien dalam memahami proses penyakit & pengobatannya. d. Mengetahui sampai sejauhmana pema-haman klien & ke-luarga. e. Meningkatkan in-tegritas kulit & ke-pala. f. Sebagai upaya per-cepatan penyembuh an & pencegahan infeksi. a. Agar tidak sempat terbentuk bekuan darah. b. Agar kandung ke-mih dapat berfungsi kembali secara nor-mal. c, d, dan e. Untuk melatih mengo-songkan kandung ke-mih secara bertahap/se-suai teknik-teknik ter-tentu. f. Untuk mengetahui efektifitas latihan kandung kemih, bila gagal dapat segera diambil tindakan de-ngan kateterisasi. |
TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL | JAM | TINDAKAN KEPERAWATAN |
8 Mei 2001 9 Mei 2001 11 Mei 2001 | 1125 wib s/d 1300 wib 0845 wib s/d 0925 wib. 1015 wib 1120 wib 1245 wib 0845 wib 0925 wib 1245 wib 1300 wib 0830 wib 0915 wib 1045 wib 1055 wib 1200 wib 1315 wib | - Menggali pengetahuan klien tentang penyakitnya. - Menjelaskan tentang penyakitnya, pengobatan & prognosisnya. - Menganjurkan istri klien untuk selalu mendampingi & memberikan support pada suaminya. - Memberi semangat & dukungan pada klien agar sabar dalam menunggu jadwal operasi. - Menanyakan apakah klien sudah memanfaatkan fasilitas bantuan JPS. - Membantu klien makan & minum. - Menimbang BB= 57 kg, TB= 169 cm. - Menganjurkan klien agar menghabiskan diet yang diberikan atau me-nambahkannya sendiri. - Membersihkan/mengganti alas tidur. - Melarang klien klien untuk makan makanan yang berlemak & pedas. - Menanyakan kembali pada klien & keluarganya tentang keadaan kese-hatan/keluhan pagi ini serta kesiapannya untuk menjalani perawatan & pengobatan (operasi). - Memberi semangat & dukungan pada klien & keluarga. - Mengukur tanda-tanda vital: TD= 120/70 mmHg, nadi= 80x/mt, RR= 18x/mt, suhu= 36,2oC. - Membantu klien makan & minum, menganjurkan klien untuk mengha-biskan diet. - Mengukur tanda-tanda vital: TD= 120/70 mmHg, nadi= 80x/mt, RR= 20x/mt, suhu= 36,7oC. - Menganjurkan klien untuk memelihara kebersihan kulit. - Menanyakan kembali tentang penyakit & prognosisnya. - Menimbang BB klien= 57 kg. - Menganjurkan klien untuk istirahat. - Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih. - Membantu klien makan. - Memberikan motivasi agar klien sabar menunggu saat pelaksanaan ope-rasi. - Menjelaskan tindakan insisi skrotum & sitoskopy. - Menganjurkan klien untuk istirahat & banyak minum air putih. - Mengajarkan klien meregangkan abdomen & melakukan manuver varsa-va: a. Sandarkan kepala kedepan pada kedua paha. b. Kontraksikan otot abdomen jika mungkin & regangan/mengejan, tahan nafas sambil meregangkan (manuver varsava). c. Tahan regangan/nafas sampai aliran urine berhenti, tunggu 1 menit & regangkan kembali sepanjang mungking. d. Lanjutkan sampai tidak ada lagi urine yang keluar. - Mengukur residu pasca berkemih (kurang dari 80 cc). |
EVALUASI
NO. | TANGGAL | DIAGNOSA | EVALUASI |
1. 2. 3. 4. | 8 Mei 2001 9 Mei 2001 10 Mei 2001 11 Mei 2001 | 1 1 2 3 1 2 2 4 | - Pengetahuan klien akan penyakit & prosedur pe-ngobatan serta prognosenya masih perlu dilurus-kan. - Klien masih bertanya kapan jadwal operasinya. - Klien & istrinya mengeluh bila terlalu lama me-nunggu karena keuangannya yang semakin meni-pis. - Keluarga klien sudah mengurus JPS. - Klien mau menunggu rencana operasi serta pasrah dengan semua yang akan dilakukan terhadapnya. - Klien melaporkan perasaan cemasnya berkurang. - Klien mau menghabiskan diet & makanan tambah-an yang diberikan. - BB= 57 kg; TB= 169 cm. - Albumin masih 3,5 g/dl. - Klien tidak lagi menanyakan proses & kapan pe-laksanaan operasi yang akan dilakukan. - Klien siap dioperasi. - Klien masih menyatakan siap menunggu jadwal operasi. - Klien menyatakan dapat tidur/istirahat malam ini. - Klien dapat menghabiskan diet yang diberikan. - Klien mengeluh bila BAB lama & keras. Klien ba-ru bisa BAB 2-3 hari. - BB tetap 57 kg. - Klien dapat menghabiskan diet yang diberikan, minumnya cukup. - Klien masih BAB lama & keras. - BB tetap 57 kg. - Kencing masih merah & menetes. Urine residu > 80 cc. |
CATATAN PERKEMBANGAN
NO. | TANGGAL | DIAGNOSA | CATATAN PERKEMBANGAN |
1. | 9 Mei 2001 | 1 1 2 3 1 2 4 | S: Klien mengeluh lama menunggu operasi dilaksana-kan. O: - Operasi belum dilakukan/terjadwal. - Klien gelisah. - Klien tampak kelelahan. A: - Masalah belum teratasi. - Teruskan rencana intervensi. P: - Teruskan rencana intervensi. S: Klien menyatakan pasrah kapanpun operasi akan di lakukan. O: - Operasi belum terjadwal. - Klien sudah bisa tidur. - Gelisah sudah jauh berkurang. A: - Masalah teratasi sebagian, lemah belum teratasi. P: - Teruskan rencana intervensi. S: - Klien mengatakan tubuhnya masih lemah. O: - BB= 57 kg. - Klien tampak pucat. - Klien mau menghabiskan makanan/minuman-nya. A: - Masalah belum teratasi. P: - Teruskan rencana intervensi. S: Klien mengatakan siap & pasrah untuk dioperasi. O: - Klien tidak lagi bertanya-tanya. - Klien mau mendengarkan & melaksanakan saran untuk makan & beristirahat yang cukup. A: Masalah teratasi. P: Intervensi tidak diteruskan. S: - O: - Klien bisa istirahat. - Klein sudah tidak tampak gelisah. A: Rencana teratasi. P: Intervensi tidak diteruskan. S: - O: - BB= 57 kg. - Klien masih tampak pucat. - Klien mau menghabiskan makanan/minuman- nya. A: Masalah teratasi sebagian. P: Teruskan rencana intervensi. S: Klien mengatakan kencingnya masih berwarna me-rah. O: - Warna kencing merah & berbau agak amis. - Produksi urine 24 jam ± 700 ml. A: Masalah belum teratasi. P: Teruskan rencana intervensi. |
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar