KERACUNAN AKUT
Oleh : een
PENDAHULUAN
Keracunan akut merupakan keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan segera. Angka yang cukup tingi dapat dikurangi dengan tindakan yang tepat dan rasional, didukung oleh adanya alat-alat yang makin maju seperti alat pernapasan buatan, hemodialisis, pacu jantung dan sebagainya. Keracunan akut sering disebabkan kecelakaan, percobaan bunuh diri dan meracuni diri sendiri untuk menarik perhatian.
Beberapa zat racun memberikan gambaran klinik yang mempermudah diagnosis. Bau gas masak serta kulit dan membrane mukosa berwarna merah jambu menunjukkan keracunan karbon dioksida, sedangkan pupil yang sempit, depresi pernapasan dan muntah menunjukkan keracunan morfin atau derivatnya. Identifikasi zat racun menjadi sulit bila racun penyebab merupakan kombinasi.
IDENTIFIKASI
1. Identifikasi Visual
Bermacam-macam obat sekarang terdapat di pasaran dalam berbagai bentuk dan warna. Pabrik memberi tanda khusus pada tablet, dan sebagai pengenal kadang-kadang tercetak nama dari obat tersebut, bila terdapat tanda tersebut, dicari pengenal di dalam buku seperti data obat di Indonesia ( DOI).
Perhatian yang perlu diingat adalah bahwa tidak selalu obat yang ada disekitar penderita, bahkan yang ditangan penderita merupakan penyebab dari keracunan tersebut.
2. Identifikasi Laboratorium
Identifikasi secara kuantitatif dari zat racun dalam cairan aspirat lambung, darah, urin memastikan diagnosis dari keracunan. Analisis kimia dari kebanyakan zat racun memerlukan peralatan laboratorium an teknik yang khusus. Kecenderungan penderita untuk menelan bermacam-macam obat dalam usaha bunuh diri mempersulit diagnosis, sehingga memelukan analisis khusus untuk mengetahui penyebab keracunan.
PRINSIP DASAR PENATALAKSANAAN
Keracunan akut adalah suatu peristiwa yang biasa terjadi, sehingga cara penanggulangannya penting diketahui oleh dokter dan perawat.
1. Pengobatan Intensif Suportif
Penatalaksanaan ini termasuk penaksiran beratnya keracunan, tindakan pada kegawatan, perawatan umum dan perawatan khusus.
a. Penaksiran Beratnya Keracunan
Penurunan derajat kesadaran merupakan kriteria yang baik dalam penaksiran beratnya keracunan, yaitu :
Ø Derajat 1 : mengantuk tetapi bereaksi terhadap perintah (vocal)
Ø Derajat 2 : tidak sadar tetapi bereaksi terhadap rangsang minimal.
Ø Derajat 3 : tidak sadar dan hanya bereaksi terhadap rangsangan sakit yang maksimal.
Ø Derajat 4 : tidak sadar dan tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun.
Kadar zat racun dalam darah dapat digunakan sebagai penaksiran beratnya keracunan, tergantung toleransi individu.
b. Tindakan pada kegawatan
Tindakan kegawatan yang akan dibicarakan adalah kegagalan pernapasan, syok dan pencegahan absorbsi racun lebih lanjut.
Ø Kegagalan Penapasan
Keadaan ini merupakan komplikasi yang sering terjadi. Pada transportasi ke rumah sakit sebaiknya dipasang pipa endotrakeal dan sonde lambung untuk mencegah aspirasi
Ø Syok / Renjatan
Syok pada keracunan terjadi karena cairan intravaskuler banyak yang keluar ke ekstra vaskuler, sehingga pemberian cairan infuse sebaiknya tekanan darah tidak melebihi 100 mmHg. Tindakan pertama adalah membebaskan jalan napas dan bagian kaki dinaikkan 30º.
Ø Pencegahan absorbsi
Tindakan ketiga dalam mengatasi keracunan adalah menginduksi muntah, atau obat-obat emetic. Sirop ipekak dapat digunakan, tetapi bila muntah tidak timbul maka emetin yang di dalam ipecac akan diabsorbsi dan dapat menimbulkan efek toksik. CuSO4 juga dapat dipergunakan untuk merangsang muntah.
Di rumah sakit dilakukan pencucian lambung bila racun tertelan kurang dari 4 jam, kecuali keracunan salisilat. Cairan lambung sebaiknya dianalisis secara kimia. Norit dapat diberikan pada akhir pencucian lambung.
c. Perawatan Umum
Perawatan umum ini yang harus diperhatikan adalah keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa.
Ø Perawatan
Keberhasilan pengobatan terutama tergantung pada perawatan yang intensif dan ketrampilan yang tinggi. Perawatan ditujukan selain untuk pencegahan dekubitus, tetapi terutama pada kesadaran, pernapasan dan kardiovaskuler. Pada penderita tidak sadar harus dicegah terjadinya sumbatan jalan napas da pneumonia ortostatik
Ø Keseimbangan air dan elektrolit
Dehidrasi ditanggulangi dengan glukosa 5% 1000 ml dan NaCl 0,9% 500 ml dengan kecepatan tergantung dari kondisi.
Bila penderita dapat minum dan tidak muntah, maka rehidrasi cukup dengan cairan peroral.
2. Keracunan Karena Gas
Pada keracunan gas perlu tindakan segera:
Bawa penderita ke tempat yang mempunyai udara segar.
Pernapasan dibantu, tetapi ingat tidak boleh dilakukan pernapasan dari mulut ke mulut.
Obat-obatan seperti Niketamid 2 ml intra vena kadang-kadang diperlukan pada kegawatan.
Spasme bronkus diatasi dengan pemberian Aminofilin 240 mg intra vena perlahan-lahan.
Pada edema paru diberikan furosemida 40 mg intra vena.
Iritasi diatasi dengan memberikan hidrokortison 100 mg tiap 6 jam selama 24 jam pertama.
Pada kasus yang berat diberikan oksigen serta dilakukan analisa darah.
PENGOBATAN KHUSUS RACUN YANG TERTELAN
Pengobata ini dimaksudkan untuk meningkatkan eliminasi zat racun yang tertelan.
1. Diuresis Paksa
Makin banyak zat racun yang diekskresi ginjal dalam bentuk aktif, tindakan ini makin dirasakan hasilnya.
Diuresis paksa hanya dilakukan pada :
- Racun diekskresi melalui ginjal dalam bentuk aktif.
- Tidak ada syok
- Tidak terdapat payah jantung.
- Fungsi ginjal tidak terganggu.
- Racun tidak menimbulkan edema paru.
- Terdapat fasilitas untuk monitor kadar elektrolit plasma, kecuali pada keracunan salisilat.
2. Dialisa Peritoneal
Dialysis peritoneal tidak memerlukan alat-alat yang kompleks.
3. Hemodialisa
Cara ini adalah cara yang efisien, tetapi memerlukan tenaga ahli.
PENUTUP
Kasus keracunan mempunyai insiden yang cukup tinggi, pengobatan yang dilakukan bermacam-ragam menyebabkan efisiensi pengobatan diragukan. Penyeragaman tindakan pertolongan darurat asus-asus tersebut sangat membantu penanggulangan eracunan akut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar